20 Desember 2014

ask.fm #1 (Setelah menetap hampir 2 tahun di Bontang, apa yang kamu rasakan? ceritakan tentang bontang? harapan kedepan untuk bontang?

Sebelumnya ga terlintas sedikit pun dipikiran saya untuk tinggal di Bontang, denger namanya aja juga belum pernah kayanya, ooh.. pernah dink, yang pernah aku dengar paling "Bontang epceh" baca : (Bontang fc) hehe

Alhamdulillah berkat rejeki saya dapat beasiswa dari PT. Badak NGL akhirnya saya tau dan kenal Bontang *tepuktangan*

Pertama kali datang aja udah dibuat kagum sama yang namanya "Bontang" dari pas turun dari pesawat di Bandara Badak LNG udah keliat hutan yang masih hijau.. jalanan juga bersih banget ga ada sampah sama sekali. Bontang itu kecil, makanya jangan takut nyasar kalo ke bontang...km lurus aja jalan pasti ntr ketemu laut *hahaha*.
Bontang juga bersih rapih jalanannya ga ada sampah (aku pernah liat ternyata ada petugasnya sendiri buat nyapuin jalan *nahloh kereen yaa), nah yang bikin rada "oke" nih yaa Bontang cuacanya galau banget, segalau galaunya deh...-_-
Hujan deres tapi matahari nongol panas terik -_-
Kadang sehari mendung banget, hujan gede petir gludug segala macam, sehari panasnya ga kira-kira -_-
Hujannya ga rata, panasnya juga ga rata -_-, daerah A hujan gede..pas jalan naik motor beberapa meter eh.. jalan masih kering tanpa tetesan air hujan pun wkwk kan rada "oke" kan yaa? Hehe
Satu lagi...di Bontang itu mahal mahal eh... masa es teh bisa sampe dari 2rb-5rb coba, kan "rada oke" yaa..hehe tpi gpp disini orangnya kaya kayaa...(muga2 saya termasuk aamiin ya Allah) hehe

Tapi biar begitu Alhamdulillah..bersyukur bisa tau dan tinggal di kota kecil ini, kota dengan julukan kota TAMAN (Tertib Agamis Mandiri Aman Nyaman).
Sorry kepanjangan...jangan salahkan yang nulis yaa hehe

10 November 2014

Fabricating Final Project Day 1

Bontang, 10 November 2014

Hari ini 10 November 2014 saya dan team memulai fabrikasi project tugas akhir, alhamdulillah setelah seminggu ngurusin WO untuk pembelian material dan wara wiri konsultasi desain.
Hari ini nggak banyak sih yang dikerjakan tapi setidaknya ada progress lah yaa,,
Hari ini kita memotong pipa, oh iya sebelum pengerjaan pemotongan terlebih dahulu kita ke MPTA ke planner kita untuk minta nomor WO supaya bisa melakukan pekerjaan di MHE oh iyaa planner itu yang ngurusin pembelian barang ke warehouse. Kembali lagi ke pipa, jadi hari ini pekerjaan yang kita lakukan adalah memotong pipa untuk dibikin vessel. Pipa yang dipotong yaitu NPS 12 SCH 80 ngerti kan? Hehe, jadi pipa dengan OD 12,75 dan Schedule 80 (ketebalan pipa yaitu 0.687).

Pertama, kita menyiapkan alat dan peralatan kerja seperti pipa, pengecekan cutting machine (pake gergaji), kain majun. Eiits...jangan lupa PPE lengkap juga doong. Pipa dipindahkan ke preparat kalo bahasa biologinya kalau di bahasa mesin itu ditempatin di meja potong kemudian diatur panjang pipa yang akan dipotong setelah itu di jepit pake clamp supaya pipa ga bergerak bebas habis itu pencet tombol "one way" artinya gergaji itu cuman searah aja motongnya. Setelah mencet tombol tadi mesin gergaji bekerja dan keluar juga cairan putih mirip susu bear brand yang bisa kita sebut sbg coolent atau pendingin, fungsi coolent ini sbg pendingin supaya tidak terjadi overheating pada pipa dan gergaji (kan kedua benda itu bersentuhan tuh jadi pasti nyebabin panas ntr ngefek ke mata pisau kalau terjadi  overheating). Nah, setelah mesin gergaji itu sudah bekerja kita nunggu 30 menita kira-kira pipa kepotong, setelah pipa kepotong mesin akan otomatis berhenti lalu kita angkat pisaunya dengan menekan tombol "up", setelah itu melakukan pengerjaan ulang untuk membuat 5 vessel. Pemotongan vessel ke 4 selesai, sudah masuk jam istirahat, jadi kita putusin buat motong vessel ke 5 habis istirahat.

Singkat cerita sudah jam 1 kita langsung siap2 menuju MHE, dan singkat cerita lagi (hehe) vessel ke 5 sudah kepotong. Setelah vessel semua sudah ke potong waktu masih menunjukan kira-kira pukul 14.00 waktu indonesia tengah, kita putusin buat ngambil material yang blm keambil di Laydown J Badak LNG. Singkat cerita pipa udah sampe ke MHE workshop jam 15.30 an lah.. lama ya? Hehe... iya lah orang di laydown kita nunggu lama buat nunggu mobil angkutnya jadi lama deh.. oke jam sudah masuk ashar dan kita pun sholat ashar berjamaah bareng tmen2 MHE dan akhirnya waktu menunjukkam jam pulang.
Alhamdulillah,, terimakasih ya Allah untuk hari ini, semoga aku dan kawan2 LNG Academy dilancarkan dan dimudahkan tugas akhirnya aamiin

Semakin kompak dan semakin erat kekeluargaanya aamiin
Dan sukses dunia akhirat untuk semuanya...keluarga besar LNG Academy.
Semangat my team Melly Chandra dan Candra Aditya mari kita selesaikan project besar kita...semangat bismillah!!

haloo

Muara Badak, 29 Oktober 2014
Di camp vico indonesia

Assalamualaikum wr.wb, selamat malam, salam sejahtera untuk kita semuaaa...
Apa kabar bloggs? Udah lama nih ga muncul di dunia perbloggan, karena aktivitas dan rutinitas yang ga memungkinkan buat ngotorin nih blog.
Malam ini...adalah...#suarapetir yaa malam ini adalah malam belajar buat presentasi besok, nahloh.. jadi ceritanya gini, di semester 5 di kuliah gue (gpp ya bilang #gw biar gaul yaa) ada program wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa yaitu OJT (red: On The Job Training), nah gue dapat tempat ojt nya di vico indonesia, nahloh pada tau kagak vico indonesia? Vico indonesia itu salah satu perusahaan offshore oil and gas di indonesia. Vico indonesia ini dikelola oleh asing (amerika). Jadi vico indonesia ini salah satu supplier gas untuk dikirim ke bontang.
Oke untuk kali ini gue ga mau bahas vico dulu, gue mau bahas yang lain dulu yaa...bahas viconya kapan2 lah yaa

Jadi ceritanya malam ini mau nulis apa yg gue lakuin barusan sebelum bikin nih tulisan hehe. Jadi tadi gue baca-baca tulisan lama alias corat coret gak jelas dan tulisan tanpa aturan yg bikin pusing orang yg baca (termasuk gue), nah tulisannya itu mengingatkan memori lama yang pernah gue rasain seperti lagi rajin-rajinnya ibadah, semangat belajar, lagi kasmaran sampe lagi alay juga ada (hiks :'(  ).

Terkadang membaca tulisan lama itu bikin kita ketawa, senyum sampe bikin kita jijik. Tapi asal semuanya tau, baca tulisan lama juga kadang membuat kita heran "kok bisa yaa saya melakukan ini" "kok saya bisa yaa...kenapa sekarang ga bisa?". artinya dari tulisan2 yang kita bikin secara sengaja atau tidak sengaja, secara sadar atau tidak sadar itu memacu dan merangsang semangat kita untuk berbuat lebih kedepannya. yaa..setidaknya melakukan hal yang sama yang sekiranya masih perlu dilakukan.

Okeh itu saja dulu yaa sudah ngantuk...besok harus bangun pagi udh kerja praktik lagi. Gut naite!

9 April 2014

APLIKASI LIQUID PENETRANT TEST PADA INDUSTRI LNG KHUSUSNYA UNTUK MATERIAL PIPA OUT BOARD LOADING ARM

A.    LATAR BELAKANG
            Sekarang ini kebutuhan akan material yang berkualitas pada industri sangat dibutuhkan, apa lagi bagi industri bidang LNG yang memerlukan material yang spesifik untuk menunjang kebutuhan proses. Seperti yang kita ketahui proses pengolahan gas dari sumur sampai menjadi LNG merupakan proses cryogenic yang memerlukan material yang memiliki ketahanan terhadap suhu ekstim rendah hingga -160°C, sehingga perusahaan yang bergerak dibidang LNG membutuhkan material yang sangat khusus untuk menunjang proses produksi.
            Dalam praktiknya di lapangan kerusakan material akibat temperature yang ekstrim tidak jarang terjadi, seperti pada pipa yang terus menerus dialiri oleh fluida suhu ekstrim baik dingin maupun panas, dengan berjalannya waktu kemungkinan terjadinya cacat atau kerusakan pada pipa bisa terjadi, seperti erosi pada bagian dalam pipa yang menyebabkan pipa semakin tipis dan kemungkinan menyebabkan kebocoran, crack akibat bekas pengelasan yang kurang baik dan yang lainnya yang dapat mengganggu proses produksi. Untuk mengantisipasi masalah tersebut perlu dilakukan perawatan yang berkala atau mungkin yang sering dikenal dengan preventive maintenance dan prediktif maintenance, agar kita dapat mengetahui sejauh mana kondisi alat itu, apakah masih dalam kondisi aman atau tidak, apakah realibilitinya masih tinggi atau tidak. Dengan begitu sesuatu yang tidak diinginkan bisa dicegah sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan maupun pekerja.
            Untuk proses perawatan dan pengetesan kehandalan pada suatu material bisa dilakukan dengan menggunakan metode Non Destructive Test (NDT). Non Destruktive Tes (NDT) adalah metode pengendalian kualitas bahan dengan tidak merusak, menghancurkan serta tidak mengurangi nilai guna dari bahan tersebut. Metode NDT merupakan metode yang dapat menghemat uang dan waktu dalam evaluasi bahan. Metode NDT yang umum dilakukan saat ini yaitu Ultrasonic, MPI (magnitude Partikel Inspection), Liquid Penetrant tes, Radiografi, dan Eddy current.
            Kasus atau masalah yang sering terjadi pada perusahaan LNG adalah kebocoran pada material. Kebocoran merupakan suatu masalah yang lumayan fatal jika sampai terjadi di kilang, tentu akan mengganggu proses produksi dan dapat menyebabkan hilangnya nyawa jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran yang besar. Kebocoran yang besar berawal dari kebocoran yang kecil, yang halus-halus dan yang tidak terlihat oleh kasat mata. Justru masalah yang demikian yang harus diperhatikan, mungkin kebanyakan orang menganggap sepele, tetapi dengan fungsi waktu maka lama kelamaan akan membesar dan berpotensi menyebabkan banyak kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja.
            Untuk itu diperlukan perawatan yang intensive untuk mencegah terjadinya kasus seperti yang diatas. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan metode liquid penetrant yang dapat mendeteksi adanya cacat pada pemukaan.
B.    PEMBAHASAN
            NDT (Non Destructive Testing) adalah salah satu teknik pengujian material tanpa harus merusak material yang akan di uji. Pengujian dapat mendeteksi cacat-cacat dini seperti surface crack (crack yang terjai pada permukaan) tanpa menunggu material cacat terlebih dahulu. Jadi tujuan dari dilakukannya pengujian NDT untuk menjaga agar material tetap berjalan dan tidak mengganggu jalannya proses. Teknik NDT termasuk kedalam Preventive maintenance yaitu pemeliharaan alat atau material secara berkala pada waktu yang telah ditentukan untuk menjaga performa material tersebut.
            Untuk menangani masalah pada cacat permukaan umumnya menggunakan metode Liquid penetrant testing atau sering dikenal dengan DPT (Dye penetrant test) merupakan salah satu metode dari Non Destructive test (NDT) yang cepat dan handal untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suau part suatu benda uji yang terbuat dari material non poros.
            Tujuan dasar dari liquid penetrant tes adalah untuk menemukan cacat di permukaan yang tidak berpori. Liquid penetran mungkin diterapkan ke semua bahan yang tidak berpori, tetapi untuk pemeriksaan komponen yang berbahan logam besi lebih baik menggunakan metode MPI (magnetic partikel inspection) karena untuk logam besi MPI lebih efektif dan juga bisa mendeteksi adanya cacat dibawah permukaan.
            Berdasarkan prinsip kapilaritas cairan penetrant akan masuk kedalam defect di permukaan. Cairan yang tertinggal di dalam defect akan ditarik oleh developer. Penetran dapat diterapkan dengan cara dicelupkan, disemprotkan atau disiram. Setalah penetrant diterapkan maka didiamkan terlebih dahulu, biarkan penetran merembas, Setelah waktu penetrasi yang cukup (dwell time), sisa penetran dibersihkan dengan cleaner ,kemudian develpoer digunakan. Developer membantu untuk menarik penetrant dari cacat mana indikasi yang terlihat menjadi terlihat oleh inspektor.
            Penetrant dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat sensitivitasnya dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Visible penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Untuk digunakan secara langsung pada material. Tingkat sensitivitasnya lebih rendah dibanding Flourecent penetrant.
2.    Fluorecent penetrant
Liquid penetrant jenis ini adalah penetrant yang memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat mendeteksi cacat halus pada material/bahan. Untuk mengetahui indikasi apakah material cacat atau tidak harus dilakukan di raungan yang gelap dibawah sinar ultraviolet.
          Ketika memilih tingkat sensitivitas, inspektor harus dapat mempertimbangkan bayak faktor termasuk lingkungan dimana tes akan dilakukan dan jenis cacat yang akan dicari.
          Untuk pengetesan pipa pada industri LNG kebanyakan menggunakan liquid penetrant test tipe visible, karena praktis dan tidak harus di tempat gelap dan pengetesannya bisa dilakukan saat pipa sedang service.
          Sebelum melakukan DPT pada pipa yang sedang service, terlebih dahulu memastikan apakah pipa yang akan dilakukan pengetasan beroperasi pada suhu rendah (kisaran 1 - 50°C) atau tinggi (> 50°C), ini bertujuan supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan penetrant. Jika inspektor tidak meninjau pipa tersebut service pada suhu berapa maka dikhawatirkan salah memilih jenis penetrant yang akan digunakan, pasalnya jika terjadi kesalahan dalam penggunaan penetrant tentu akan merugikan. Misalnya inspektor akan melakukan DPT papa pipa di boiler kemudian menggunakan penetrant untuk suhu rendah. Maka hasilnya tidak akan maksimal, karena penetrant tersebut tidak dapat merembas pada pipa melainkan akan menguap, jadi peninjauan itu penting dilakukan sebelum DPT dilaksanakan.
          Selain dapat diaplikaskan pada material yang sedang service, DPT juga dapat dilakukan pada saat sedang overhall. Misalnya pada overhall loading dock yang dilakukan sepuluh tahun sekali. Salah satu pekerjaan yang dilakukan dalam overhall loading dock tersebut adalah repair pada loading arm (lampiran d1), loading arm memiliki dua bagian yaitu in board dan out board. Liquid penetrant dapat diaplikasikan pada pipa out boar (lampiran d2) pada loading arm. Pipa out board pada loading arm sebagai jalannya LNG menuju kapal tanker yang sangat memungkinkan terjadi bocor atau retak. Sehingga sangat perlu dilakukan DPT untuk memastikan tidak ada retakan atau cracking pada bekas welding yang memungkinkan terjadinya kebocoran.
          Berikut ini adalah prosedur pemakain Liquid penetrant pada out board loading arm :
1.    Pre-Cleaning
          Sebelum pipa out board akan dilakukan NDT ada beberapa prosedur yang harus dilakukan seperti pre-cleaning, ini penting dilakukan karena mempengaruhi hasil DPT apakah maksimal atau tidak. Pre-cleaning ini dapat berupa repair atau dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan detergent dsb, ini bertujuan agar contaminant yang berada di lapisan pipa atau mungkin masuk kedalam celah kecil akan hilang sehingga tidak menghalangi jalannya liquid penetrant untuk masuk kedalam permukaan pipa tersebut. Selain itu cara pre-cleaning juga dapat dilakukan dengan cara Sandblasting. Sandblasting adalah proses pembersihan permukaan dengan cara menembakan partikel (pasir) ke suatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan/ tumbukan. Sandblasting tersebut disemprotkan pada bagian dalam pipa out board, sehingga sebelum dilakukan sandblasting bagian yang terbuka harus tertutup.
2.    Penetrant diaplikasikan
          Penetran (lampiran d5)  tersebut kemudian diterapkan pada permukaan pipa outboard, difokuskan pada sambungan-sambungan pipa bekas welding karena merupakan bagian yang berpotensi cacat. Penerapan penetrant bisa dilakukan dengan cara di spray. Cara penerapan penetrant bisa juga dilakukan dengan cara dicelupkan atau disikat, untuk kasus ini lebih efektifnya menggunakan cara spray karena lebih praktis dan efisien. Kemudian penetran ini diberi waktu untuk meresap (dwell time) ke permukaan pipa outboard. Dwell time tergantung pada penetrasi yang digunakan, material yang dites dan lingkungan.
3.    Pembersihan sisa penetrant dengan Cleaner
          Kemudian penetran yang berlebih dibersihkan dengan cleaner (lampiran d5). Cara pembersihannya jangan mengontakan langsung cleaner dengan pipa melainkan cleaner terlebih dahulu diletakkan pada kain majun supaya pada saat membersihkan penetrant tidak semuanya terhapus.
4.    Penerapan Developer
            Setelah penetrant telah dihapus kemudian developer diterapkan dengan cara di spraykan pada permukaan pipa agar cairan penetrant dalam retakan dapat tertarik keluar. Developer (lampiran d5) adalah salah satu komponen yang penting dalam pengujian penetrant. Developer berfungsi untuk menarik penetrant keluar dari celah-celah retakan. Yang perlu diperhatikan adalah jarak penyprayan penetrant harus diantara 25-30 cm karena akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Jika developer dispraykan dengan jarak yang dekat memungkinkan developer banyak membasahi permukaan material sehingga perembasan developer menjadi lambat karena kesusahan masuk pada celah pipa, jika ini terjadi maka akan memakan waktu yang lama. Dan sebaliknya jika jarak penyeprayan developer terlalu jauh maka developer yang merembas akan sedikit sehingga hasilnya tidak maksimal.
5.    Analisa cacat
            Seteh itu tugas inspector adalah mengawasi dan meneliti kondisi pipa outboard tersebut, jika penetrant mulai muncul dari retakan-retakan itu menandakan di permukaan yang berwarna merah adalah cacat. Untuk memastikan bahwa penetrant yang terlihat adalah berasal dari retak maka penetrant yang keluar harus dibersihkan dengan cleaner dan pada permukaan tersebut dispraykan lagi cairan developer. Bila terlihat masih ada cairan penetrant yang keluar dari permukaan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa terdapat retak pada permukaan tersebut.
6.    Menandai cacat dan pembersihan akhir
            Kemudian yang terakhir adalah menandai bagian-bagian pipa yang dianggap cacat dan setelah itu tugas inspector ditutup dengan pembersihan akhir.

C.   KESIMPULAN
            Non destruktif tes adalah pengetesan suatu material dengan tidak merusak dan mengurangi nilai guna dari material yang dites. Non destruktif tas memiliki beberapa metode yaitu DPT, Ultrasonic tes, Radiografi, Magnetic Partikel Inspection dan termography. Untuk megetahui cacat pada permukaan meggunakan metode liquid penetrant. Liquid penetrant penggunakan prinsip kapilaritas.
            Keuntungan utama DPT adalah waktu pengujian cepat, hasilnya bisa langsung dilihat tanpa menunggu lama, dapat digunakan untuk semua material kecuali material berporos (berpori) kemudian paling mudah diaplikasikan dan juga dapat dilakukan untuk geometri tertentu termasuk untuk geometri yang memiliki bentuk yang tidak beraturan sekalipun dan yang terakhir yaitu biaya yang dikeluarkan murah.
            Kelemahan utama adalah hanya mendeteksi cacat pada permukaan. Harus membersihkan permukaan benda uji dengan teliti terlebih dahulu karena jika permukaan tidak bersih, maka akan menghambat laju perembasan penetrant, dan dipengaruhi oleh variabel selama proses pengujian dilangsungkan seperti : suhu, permukaan spesimen, pencahayaan dan kondisi lingkungan sekitar.

            Pembersihan yang benar sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kontaminan pada permukaan telah terhapus agar agar mendapatkan hasil pengetesan yang akura

Metode Pengukuran Gelombang Ultrasonic (Metode Intensity)

Metode intensity adalah metode pengukuran gelombang ultrasonic setelah gelombang melewati benda uji. Metode ini merupakan aplikasi yang paling tua dari NDT ultrasonic tes. Metode ini ditemukan pada tahun 1930 oleh Sokolov dan Muhlhauser.
  •  Alat dan prinsip kerja

Didalam suatu metode intensity diperlukan alat-alat yaitu:
1.              Transmitting Probe
2.              Recieving Probe
3.              Generator frekuensi tinggi
4.              Amplifier
5.              Alat Instrumen
Prinsip kerja :

Tegangan yang dihasilkan oleh generator frekuensi tinggi akan memberikan rangsangan pada Transmitting Probe akan memberi gelombang ultrasonic yang dipancarkan ke benda uji kemudian recieving probe akan menerima gelombang yang telah dipancarkan dan mentransfer gelombang tersebut ke Amplifier tegangan frekuensi tinggi yang proporsi terhadpa tekanan suara yang dihasilkan pada titik kontak Reciever Probe tersebut. Tegangan yang sudah diamplifikasi tadi dibaca di alat instrumen. Jika tidak ada cacat maka alat instrumen tersebut akan menandakan 100% intensity, jika ada cacat maka intensitas yang akan diukur oleh alat instrumen tersebut akan berkurang karena cacat tersebut menghalangi gelombang ultrasonic sehingga tekanan suara yang diterima reciever probe berkurang.
  •  Klasifikasi berdasarkan kondisi benda uji
1.       Sound Transmission
2. Reflection

3. Conduction
4. Image Projection



4 Maret 2014

Vibration Measurement and Kind of Vibration Sensor (Pengukuran Vibrasi)



BAB I
PENDAHULUAN DAN DASAR TEORI
1.1        Pendahuluan
Dunia industri saat ini sangat berkembang pesat sehingga melibatkan penggunaan alat-alat yang memiliki konfigurasi yang kompleks sehingga suatu kegagalan dalam mesin pasti akan terjadi, untuk mengetahui performance kerja dari suatu mesin bisa diketahui dengan melakukan pengetesan getaran pada mesin tersebut, jadi getaran dapat digunakan sebagai alat kontrol untuk mengetahui apakah suatu mesin mengalami vibrasi atau tidak.
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu mesin dari posisi seimbang karena pengaruh gaya dari luar atau dari mesin itu sendiri, jadi getaran ini akan konstan apabila tidak ada friksi atau sesuatu yang mengganggu mesin untuk bergetar. Sebagai contoh suatu alat bermassa digantung dengan menggunakan pegas apabila pegas tersebut ditarik atau ditekan (dikenai gaya luar) maka secara otomatis benda akan mengalami gerakan, nah gerakan itulah yang dinamakan dengan getaran.
picture11
Benda yang mengalami getaran pasti menimbulkan efek-efek suara atau bising, itu dikarenakan karena adanya pergerakan dari mesin dalam artian mesin tersebut mengalami getaran. Jika suara dari mesin semakin besar itu kemungkinan mesin mengalami vibrasi atau gangguan pada getaran misalnya karena gesekan atau friksi antara shaft dengan casing atau bisa disebut karena kesalahan mechanical. Hal semacam ini perlu dicurigai dan dapat dideteksi kesalahan-kesalahan mesin dengan dilakukan melalui pengukuran dan analisis getaran / kebisingan.
Beberapa permasalahan getaran yang umum terjadi pada mesin-mesin rotasi antara lain :
1.    Unbalance pada bagian-bagian yang berputar.
2.    Shaft coupling misalignment.
3.    Keausan atau kerusakan bearing.
4.    Shaft bengkok.
5.    Mechanical looseness
6.    Keausan atau kerusakan gear.
7.    Kerusakan belt, keausan pulley (sheave).
8.    Keausan rantai dan sprocket.

1.2         Dasar Teori
1.2.1   Parameter Getaran
Ø  Amplitudo
Amplitudo adalah besarnya sinyal yang dihasilkan dari pengukuran vibrasi. Semakin besar sinyal maka menandakan vibrasi semakin tinggi. Semakin tinggi amplitudo suatu sinyal maka menunjukkan semakin besar gangguan pada alat yg diukur. Sinyal amplitudo ini dapat dinyatakan dalam velocity, acceleration dan displacement.

Ø  Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah periode getaran dalam setiap 1 detik. Sehingga frekuensi dapat dinyatakan dalam persamaan F = (1/T) dimana :
F        : frekuensi (Hertz)
T        : Periode (sekon)
Frekuensi dapat dinyatakan dalam berberapa satuan diantaranya :
-       Siklus per detik / Cycles per second (Hz)
-       Siklus per menit / Cycles per minute (CPM)
-       Putaran per menit / Rotation per minute (RPM)
-       Siklus per detik / Cycles per second (CPS)
-       Putaran per detik / Rotation per minute (RPS)
-       Feet per detik / Feet per second (FPS) = Velocity
-       Orders, 1 order sama dengan 1xRPM (1xputaran poros mesin)
-       1 RPM = 1 CPM
Besarnya frekuensi yang terjadi pada mesin yang mengalami vibrasi dapat mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada mesin yang diuji, karena besarnya frekuensi dijadikan sebagai pengamatan untuk mengetahui penyebab vibrasi pada mesin tersebut.

Ø  Phasa
Phasa adalah perbedaan posisi dari sebuah titik referensi (phasa absolute) atau titik diam terhadap titik lain yang bergetar (Phasa relative). Phasa sebenarnya adalah perbedaan waktu gelombang itu mulai bergetar. Phasa sebenarnya adaalah perbedaan timing, dimana suatu event muncul reatif terhadap event yang lain.
1.2.2 Pengukuran getaran
Ø  Prinsip pengukuran ada 3 yaitu :
pengukuran.jpg
Sensor adalah adalah bagian yang merasakan suatu keadaan dari luar, kemudian apa yang dirasakan akan diolah oleh alat lain yang bisa disebut processing untuk dilakukan manipulasi data. Processing juga memiliki sensitivitas. Kemudain hasil datanya dinamakan Output yang ditandai berupa angka.
Ø  Tipe-tipe pengukuran getaran
Tipe pengukuran getaran ada 3 yaitu :
1.    Pengukuran displacement
2.    Pengukuran velocity
3.    Pengukuran acceleration
-       Pengukuran displacement
Displacement adalah ukuran dari pada jumlah gerakan dari pada massa suatu benda, dimana hal ini menunjukkan sejauh manabenda bergerak maju mundur (bolak-balik) pada saat mengalami vibrasi. Displacement adalah perubahaan tempat atau posisi dari pada suatu objek atau benda meju suatu titik pusat (dalam hal ini massa benda berada dalam posisi netral). Besarnya gaya daripada Displacement dapat diketahui dari amplitudo yang dihasilkan. Semakin tinggi amplitudo yang ditunjukkan,makin keras atau tinggi pula vibrasi yang dihasilkan. Pengukuran displacement biasanya menggunakan sensor proximity probe.
-       Pengukuran velocity
Velocity addalah jumlah waktu yang dibutuhkan pada saat terjadi displacement (dalam hal kecepatan). Velocity adalah satu indikator yang paling baik untuk mengetahui masalah vibrasi (contohnya unbalance dan misaligment) pada mesin berkecepatan sedang. Velocity adalah ukuran kecepatan suatu benda pada saat bergerak atau bergetar selama berisolasi. Kecepatan suatu benda adalah nol pada batas yang lebih tinggi atau lebih rendah,dimulai pada saat berhenti pada suatu titik sebelum berubah arah dan mulai untuk bergerak kearah berlawanan.
-       Pengukurang Acceleration
Acceleration adalah jumlah waktu yang diperlukan pada saat terjadi velocity. Acceleration adalah parameter yang sangat penting dalam analisis mesin-mesin yang berputar (rotation equipment) dan sangat berguna sekali dalam mendeteksi kerusakan bearing dan masalah pada gearbox berkecepatan tinggi lebih cepat dan lebih awal. Acceleration diartikan sebagai perubahan dari velocity yang di ukur dalam satuan gravitasi.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sensor Getaran
Sensor getaran adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal getaran menjadi sinyal analog berupa besaran listrik, dirubah menjadi sinyal listrik supaya data mudah diolah dan dimanipulasi. Sensor getaran dibedakan menjadi tiga, berikut skematika sensor getaran :
Bagan Sensor Geteran.jpg
Gambar diatas merupakan skematika sederhana dari Sensor/ probe untuk getaran, sensor getaran dibagi menjadi dua yaitu :
1.    Kontak
Sensor kontak biasanya disebut Cassing measurement. Sensor yang digunakan adalah sensor seismic transducer, yaitu untuk mengukur kecepatan (velocity) dan percepatan (accelerataion). Untuk mengukur kecepatan sensor yang digunakan adalah velocity probe dan velomitor probe. Sedangkan untuk mengukur percepatan menggunakan sensor acceleration probe. Sensor kontak probe yang digunakan bersentuhan langsung dengan mesin atau media yang akan diukur vibrasinya.
2.    Non-kontak
Sensor non-kontak biasanya disebut Shaft Relative Measurement. Sensor yang digunakan adalah proximity probe (Eddy current probe). Untuk proxymity probe, yang diukur adalah perpindahannya. Untuk sensor non-kontak, probe dan mesin atau media tidak bersentuhan langsung. Untuk menggunakan sensor proximity probe ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar dapat menghasilkan pengukuran yang presisi, diantaranya adalah :
-       Roundness (kelingkaran) dari mesin yang akan diukur harus bagus untuk menghasilan bacaan yang bagus pula.
-       Run out.
2.2        Macam-macam sensor getaran
Sensor getaran yang paling sering digunakan ada tiga jenis yaitu :
jenis sensor.jpg
Velocity probe
Velocity probe merupakan jenis sensor kontak, artinya ujung sensor ini bersentuhan langsung dengan benda yang akan diukur/dilakukan pengecekan vibrasi. Fungsi dari sensor velocity probe adalah untuk mengetahui vibrasi dari suatu mesin dengan velocity atau kecepatan sebagai parameternya.
Konstruksi atau komponen dari velocity probe terdiri dari :
-      Massa
-      Kumparan
-      Pegas/spring
-      Magnet permanen
-      Damper
-      Casing velocity probe
-      Connecter
Gambar, velocity probe.jpg
Gambar diatas menunjukkan skematik dari velocity probe dan bagian-bagiannya. Sistem tersebut terdiri dari massa yang dililiti oleh suatu kumparan yang dihubungkan dengan pegas dan damper kemudian dikelilingi oleh suatu magnet permanen yang memberikan medan magnet yang cukup kuat dipasang mengelilingi kumparan tersebut.
Prinsip kerja :
Prinsip kerja velocity probe sesuai dengan hukum fisika yaitu apabila suatu konduktor/kumparan yang dikelilingi oleh medan magnet kemudian koduktor bergerak terhadap medan magnet atau medan magnet bergerak terhadap konduktor maka akan menimbulkan suatu tegangan induksi pada konduktor. Apabila transducer ini ditempatkan pada bagian mesin yang bergetar, maka tranduser inipun akan ikut bergetar, sehingga kumparan yang ada di dalamnya akan bergerak relatif terhadap medan magnet sehingga akan menghasilkan tegangan listrik pada ujung kawat kumparannya. Sinyal listrik yang dihasilkan sebanding. dengan kecepatan getaran mesin tersebut. Dengan mengolah/ mengukur dan menganalisa sinyal listrik dari tranduser, maka getaran mesin dapat diukur.
Tegangan output dari velocity probe biasanya dinyatakan dalam milivolt/inch. Sensitivitas dari velocity probe cenderung sama apabila bekerja sesuai dengan rangenya dan sensitivitas akan menurun apabila frekuensi menurun. Ini terjadi karena gerakan kumparan cenderung mengikuti gerakan dari medan magnet.
Kelebihan velocity probe :
-        Mudah dalam pengoperasiannya.
-        Mempunyai level output listrik yang relatif tinggi, sehingga tidak membutuhkan daya listrik untuk mengaktifkannya.
-        Dapat dipasang langsung pada casing bearing.
Kekurangan Velocity probe :
-        Respon frekuensinya terbatas, hanya untuk daerah 600 CPM sampa 120.000 CPM.
-        Realatif berat dan besar, sehingga membutuhkan ruangan yang cukup untuk memasangnya.
-        Harus menggunakan faktor koreksi apabila dioperasikan pada frekuensi dibawah 600 CPM, karena velocity probe sensitif apabila bekerja pada luar rangenya.
Acceleration Probe
Acceleration probe merupakan jenis sensor kontak juga, mempunyai fungsi untuk mengukur vibrasi suatu mesin berputar dengan mengukur acceleration dari mesin tersebut.
Gambar, Acceleration probe.jpg
Gambar diatas merupakan acceleration probe yang bersentuhan dengan benda uji. Komponen acceleration probe terdiri dari :
-      Case Insulator/ crystal element
-      Outer Case
-      Piezoelectric Crystal
-      Insulator
-      Seismic Mass
-      Preload Screw
-      Output Cable
-      Integrated Circuit
Prinsip kerja :
Pada acceleration probe terdapat Case insulator yang berkontak langsung dengan mesin yang hendak diperiksa, Case Insulator ini berfungsi sebagai transmitter atau yang menstransmisikan getaran dari mesin menuju piezoelectric sehingga piezoelectric mengalami tekanan yang sebanding dengan getaran yang diterima dari mesin. Getaran mekanis yang menimbulkan gaya akan mengenai bahan piezoelectric tersebut sehingga bahan piezoelectric tersebut menghasilkan muatan listrik. Tetapi arus listrik yang dihasilkan oleh piezoelectric ini sangat kecil, sehingga diperlukan alat lain agar menghasilkan muatan  listrik yang standard. Karena muatan listrik yang ditimbulkan oleh piezoelectrik sangat kecil maka didalamnya dipasang rangkaian electronik/amplifier yang dapat membangkitkan muatan agar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan piezoelectric menjadi lebih besar. Besar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan piezo electric sebesar picocoulombs per g. Sedangkan besarnya sinyal yang dihasilkan setelah didalamnya dipasang penguat, mempunyai sensitivitas 50 mv per g.
Kelebihan Acceleration Probe :
-      Ukuran sangat kecil dan ringan, sehingga cocok untuk dibawa kemana-mana dan bisa dibawa ke tempat kerja yang sempit.
-      Sangat sensitive terhadap frekuensi tinggi, karena accelerator probe memiliki range frekuensi yang tinggi sebesar lebih dari 20 KHz.
-      Dapat digunakan pada temperatur tinggi, yaitu sampai temperature kurang lebih 500 derajat C.
-      Harganya lebih murah dibanding velocity dan displacement probe

Kekurangan Acceleration Probe :
-      Membutuhkan penguat sinyal eksternal / amplifire untuk membangkitkan muatan listrik yang besar.
Proximity probe
Proximity probe adalah alat untuk mengukur gap. Tetapi pada teorinya perubahan gap tiap detik itu adalah kecepatan, dan jika gap nya bergerak maju atau mundur dinamakan vibrasi, maka proximity ini bisa digunakan sebagai sensor untuk mengukur vibrasi dengan menambahan data tranducer yang bisa merubah nilai perubahan jarak tiap detiknya, kemudian merubahnya menjadi nilai frek vibrasi. dan juga bisa mengetahui berapa amplitudonya.
Proximity probe memiliki karakteristik yang berbeda dengan sensor vibrasi lainnya yaitu antara probe dengan benda ukur tidak berkontakkan langsung. Selain itu proximity probe juga tidak melibatkan suatu element yang dapat menghasilkan tegangan listrik sebagai respon dari getaran, karena proximity menggunakan eksternal elektronik untuk membangkitkan suatu sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi kemudian sinyal ac tersebut digunakan untuk mendeteksi getaran. Untuk mesin berputar proximity probe digunakan untuk mengukur getaran poros. Berikut ini adalah komponen-komponen dari proximity probe :
Proximity Probe.jpgproximity probe2-edit.jpg

-      Probe
-      Demodulator dan osilator (ada didalam sensor proximity /eddy current probe)
-      Ekstension kabel
Prinsip kerja :
Dari penjelasan diatas bahwa sensor proximity atau yang biasa disebut eddy current probe disusun atas 2 alat didalamnya yaitu Osilator dan Demodulator. Osilator berfungsi sebagai yang menghasilkan gelombang radio frekuensi kemudian gelombang tersebut akan dikirim melalui kabel extension dan gelombang akan keluar atau dipancarkan oleh probe ke shaft. Dengan prinsip eddy current gelombang akan diserap oleh benda yang akan diukur vibrasinya (shaft). Vibrasi yang dialami oleh benda akan sebanding dengan jumlah energi/gelombang yang dipancarkan oleh sensor. Sinyal yang dihasilkan oleh osilator akan dirubah terlebih dahulu menjadi gelombang sinusoidal oleh Demodulator supaya dapat terbaca.
Kemudian jarak antara probe dengan benda uji juga sangat berpengaruh terhadap hasil, apabila jarak antara benda uji dengan probe berubah-ubah, maka amplitudo sinyal juga akan berubah-ubah karena amplitudo sebading dengan jarak antara benda uji dengan probe tersebut. Jarak antara benda uji dengan probe disebut Gap, Gap ini diatur sesuai dengan karakteristik transducer dan mesin atau benda uji yang akan diukur vibrasinya.
Kelebihan :
-      ketelitian dalam mengukur nilai amplitudo yang rendah (amplitudo kecil) dan juga mempunyai daerah ukur yang lebar
-      Dapat dilakukan pengukuran gerakan poros mesin dari kedua arah radial maupun gerakan pada arah axial.
-      Respon frekuensi sampai dengan 5 KHz ( 0-300.000 CPM).
-      Dengan menggunakan dua tranduser non-contact yang dipasang dengan sudut 90, maka dapat dilihat bentuk orbit dari gerakan poros.
Kekurangan :
-      Sangat sensitive terhadap konduktivitas permukaan benda yang akan dideteksi.
-      Getaran output sangat terpengaruh oleh mechanical dan electrical runouts karena mempengaruhi output sinyal.
-      Output dari tranduser dapat terpengaruh bila ujung  probe sensor terkena oleh kotoran serbuk logam yang terkandung dalam oil.
-      Harganya mahal
-      Instalasi susah.
2.3        Pengambilan data
Pengambilan data vibrasi dan analisis dilakukan menggunakan Proximitor Probe dan Velomitor Probe.
2.3.1  Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan data vibrasi adalah :
1.    VTMS (Vibration Temperature Monitoring System)
2.    Proximity Probe
3.    Velomitor Probe
4.    Objek (Rotor)
5.    Demodulator
6.    Multimeter
7.    Extension Cable
1.jpg
8.jpg
3.jpg              4.jpg
5.jpg7.jpg
2.3.2  Langkah Kerja
1.    Menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, hubungkan VTMS dengan proximity probe dengan menggunakan kabel ekstension dan juga power supply
2.    Tempelkan velomitor probe pada objek
3.    Pasang proximity probe pada objek (proximity sudah dipasang pada rotor)
4.    Menyalakan VTMS dan juga nyalakan objek (putar) dengan mengatur RPM sesuai percobaan
5.    Hubungkan output, com, voltage tranducer(VT) proxymitor dengan VTMS, sehingga data hasil bacaan dapat terbaca oleh VTMS
6.    Lakukan pengamatan pada VTMS dan baca vibrasi pada VTMS
7.    Pengamatan berikutnya menggunakan voltmeter, pengamatan dilakukan dengan menancapkan bagian com volmeter pada bagian com proxymitor dan bagian satunya pada bagian output proxymitor. Kemudian catat hasilnya dalam volt AC maupun DC.
8.    Bandingkan dengan hasil pengukuran yang tertera pada VTMS
9.    Ulangi tahap 4-8 dengan kecepatan yang berbeda
10. Mulai perhitungan
2.3.3  Hasil Pengamatan dan Perhitungan
No
Sensor
Speed (rpm)
AC (Volt)
DC (Volt)
Sensitivity
Vibration VTMS (µm)
Vibration as / Calculation
(m)
1
Proximity
5500
0,11
-8,7
200 mV/mill
43
39,5
2
4900
0,158
8.73
200 mV/mill
60
56,8
3
3600
0,252
-8,73
200 mV/mill
85
90,5
4
2600
0,188
8,69
200 mV/mill
68
67,5
5
Velomitor
5500
0,01
-
100 mV/ips
-
1,24
6
4900
0,015
-
100 mV/ips
-
20,84
7
3600
0,008
-
100 mV/ips
-
15,25
8
2600
0,006
-
100 mV/ips
-
158,4


Untuk sample menggunakan speed 5500 rpm :
Perhitungan Proximity dengan speed 5500 rpm :
Pk – pk =
D = m
Perhitungan Velomitor dengan speed 5500 rpm :
V =
Pk – pk =
D =  inch= 0,552 mill
                         = 14,02 µm

2.3.4  Kesimpulan
Hasil pengukuran vibrasi dengan menggunakan proximity probe dengan perhitungan manual memiliki nilai yang hampir mendekati benar, ini menandakan sensor proximity tepat digunakan untuk menghukur besar vibrasi pada suatu rotor.

Dari percobaa dan pengukuran vibrasi diatas dapat diambil kesimpulan hasil pengukuran vibrasi dengan menggunakan sensor proximity dengan velomitor berbeda atau tidak sama, ini disebabkan karena beberapa faktor sbb:
-      Range frekuensi kedua sensor berbeda sehingga memilki tingkat sensitivitas yang berbeda pula.
-      Pada saat mengatur speed (rpm) kurang presisi.
-      Ketelitian user sangat dibutuhkan.




















BAB III
ANALISIS DAN KESIMPULAN

3.1        Analisis
Seperti yang kita ketahui bahwa suatu transduser atau probe tidak bisa digunakan untuk semua pemakaian karena semua mesin memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga pemilihan probe/transduser sangat penting dilakukan untuk menghasilkan pengukuran vibrasi yang akurat. Ada beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan untuk melakukan pemilihan transduser yaitu :
-          Karakteristik mekanik mesin
-          Daerah frekuensi getaran yang akan diukur. 
-          Parameter yang akan diukur. 
-          Pertimbangan pemasangan.
-          Kondisi lingkungan dll.     
3.1.2   Karakteristik mekanik mesin
Tiap-tiap mesin mempunyai karakteristik getaran yang berbeda-beda dan spesifik, sebagai contoh :
Misal untuk mengukur clearances bearing, vibrasi pada rotor atau getaran shaft dibutuhkan pengukuran displacement dengan menggunakan tranduser non-contact yaitu proximity probe. Tranduser non-contact mengukur getaran relatif shaft terhadap rumah bearing. Tranduser ini bisa dikombinasi dengan tranduser velocity yang mengukur getaran relatif shaft dengan casing. Untuk mesin-mesin yang besar dan berat dengan rotor yang relatif lebih ringan dan bekerja pada RPM tinggi tranduser non-contact, adalah yang paling cocok untuk pengukuran displacement/getaran porosnya.
3.1.3   Frekuensi
Daerah frekuensi getaran yang ditimbulkan oleh mesin juga mempengaruhi pemilihan jenis sensor, karena jika salah pemilihan sensor maka akan menyebabkan ketidakakuratan dalam pengukuran. Berikut ini adalah petunjuk untuk memilih sensor berdasarkan frekuensi :
1.    Penggunaan sensor displacement :
-          Frekuensi rendah, dibawah 600 CPM
-          Untuk pengukuran getaran shaft pada mesin berat dengan rotor yang relatif ringan.
2.    Penggunaan sensor velocity :
-          Daerah frekwensi adalah 600 – 100.000 cpm
-          Pengukuran over all level getaran Mesin
-          Untuk melakukan prosedur analisa secara umum
3.    Penggunaan sensor accelerometer:
-          Daerah frekuensi pengukuran 600 – 600.000 CPM atau lebih
-          Untuk pengukuran pada frekuensi tinggi/ultrasonic
-          Untuk pengukuran spike energy pada roll bearing, ball bearing, gear, dan sumber getaran aerodinamis dengan frekuensi tinggi.
Sebagai contoh:
Sebuah gearbox dengan ball bearing akan mempunyai karakteristik getaran pada frekuensi tinggi, hal tersebut jarang terjadi pada motor yang menggerakkan fan dengan kecepatan rendah. Sehingga sensor yang dipakai untuk gearbox dan motor akan berbeda, sensor yang tepat untuk digunakan pada gearbox adalah acceleration probe karena acceleration memiliki range frekuensi yang besar dan juga paling tinggi dibanding dengan sensor lain, range sensor acceleration sekitar 60 CPM – 600.000 CPM. Sensor yang tepat dipakai untuk motor penggerak fan adalah sensor displacement atau proximity probe karena memiliki range frekuensi yang rendah.
3.1.4  Parameter yang diukur
Pertama yang harus dipertimbangkan dalam proses pengukuran adalah pemilihan transduser yang akan digunakan adalah parameter apa yang hendak diukur. Biasanya parameter-parameter tersebut adalah displacement, velocity, acceleration.
-          Displacement :
Displacement atau jarak antara probe dengan benda uji dapat diukur dengan velocity dan acceleration transducer. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengintegralkan hasil pengukuran kedua getaran (velocity probe dan acceleration probe) dengan rangkaian integrator yang biasanya sudah terdapat pada alat pengukur getaran. Untuk proximity transducer dapat mengukur langsung displacement getaran tanpa memerlukan proses integrasi.
Tranduser velocity, dapat digunakan untuk mengukur displacement dengan rangkaian single integrator, tetapi apabila kita akan bekerja pada frekuensi rendah, kita harus mempertimbangkan bahwa tranduser velocity akan kurang sensitif apabila digunakan pada frekuensi dibawah 600 CPM. Akibat adanya proses integrasi akan menimbulkan juga noise elektronik pada pengukuran frekuensi rendah tersebut.
Tranduser accelerometer, dapat digunakan untuk mengukur diplacement getaran dengan rangkaian double integrator. Seperti halnya tranduser velocity, menggunakan tranduser accelorometer untuk mengukur displacement getaran akan memberikan attenuasi dan noise pada pengukuran frekuensi rendah.
-          Velovcity :
Velocity juga dapat diukur dengan menggunakan transducer velocity dan acceleration. Sensor velocity dapat mengukura langsung velocity tanpa melalui proses integrasi. Sensor acceleration untuk mendapatkan kecepatan getaran membutuhkan rangkain single integrator, dan dapat mengukur frekuensi getaran sampai dengan kira-kira 3 Hz, atau 180 CPM.
-          Acceleration
Acceleration hanya bisa diukur dengan menggunakan acceleration probe. Secara teoritis memungkinkan untuk mengukur acceleration menggunakan tranduser velocity dengan menambah rangkain difrensiator yang biasanya juga sudah ada di dalam alas pengukuran getaran. Yang paling baik dalam pemilihan tranduser adalah tranduser yang akan mengukur secara langsung. Tranduser displacement untuk mengukur displacement, tranduser velocity untuk mengukur kecepatan getaran dan accelorometer untuk mengukur percepatan getaran.

3.2        Kesimpulan
1.    Analisa vibrasi merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan dalam upaya pemeliharaan mesin-mesin rotasi dalam kilang.
2.    Untuk melakukan analisa vibrasi diperlukan pengukuran getaran yang terjadi dalam mesin. Parameter yang diukur yaitu displacement, velocity dan acceleration. Masing-masing parameter memiliki sensor pengukuran yang berbeda-beda. Sensor mengubah sinyal analog getaran menjadi sinyal elektrik.
3.    Displacement diukur dengan proximity probe untuk perlatan yang memiliki frekuensi rendah dibawah 600 CPM
4.    Velocity diukur dengan velocity probe untuk peralatan yang memiliki frekuensi sedang diantara 600-100.000 CPM
5.    Acceleration diukur dengan acceleration probe untuk perlatan yang memiliki frekuensi tinggi antara 600-600.000 CPM
6.    VTMS dan multimeter merupakan processor unit yang menerima sinyal elektrik, peralatan ini mengubah sinyal elektrik menjadi data vibrasi. Setiap perlatan memiliki sensitivitas. Oleh karena itu dalam pengukuran diperlukan pemilihan probe dan unit processor yang tepat.
7.    Dalam pengukuran pada setiap putaran rotor tidak menunjukkan adanya suatu hubungan antara putaran mesin dengan vibrasi yang terjadi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan sensor yang dipakai, perbedaan processor unit yang dipakai. Meskipun memakai sensor yang sama masih terdapat perbedaan nilai vibrasi karena sensitivitas probe dan prosessor berbeda.